globalkhilafah.blogspot.com - Ka'ab
bin Malik RA berkata, "Masalah pertama yang menyebabkan Abu Lubabah
tercela adalah karena dia dan anak yatim berselisih tentang dahan banyak
tangkai (yang disenanginya)." Keduanya mengadu kepada Rasulullah SAW
dan beliau memenangkan Abu Lubabah. Anak yatim tersebut menangis. Lalu
Rasul bersabda, "Wahai Abu Lubabah, berikanlah dahan itu untuknya." Abu
Lubabah keberatan. Rasulullah SAW mengulangi permintaan beliau,
"Berikanlah dahan itu kepadanya dan kamu akan mendapatkan surga."
Tapi,
Abu Lubabah tetap menolak. Tidak lama kemudian datanglah Abu Dahdah
menghampiri Abu Lubabah seraya berkata, "Juallah dahan itu dengan dua
kotak kebunku." Abu Lubabah menerimanya.
Lalu,
Abu Dahdah membawa dahan itu kepada Rasulullah SAW. Ia berkata, "Wahai
Rasul, jika aku berikan dahan ini kepada anak yatim itu, apakah aku akan
mendapatkan semisal dahan ini di surga." Nabi SAW mengiyakannya. Maka,
dahan itu diberikan kepada anak yatim itu, dan Rasul bersabda, "Betapa
banyak dahan wangi yang dimiliki Abu Dahdah di surga kelak." ( HR Ahmad,
Thabrani, dan Ibnu Hibban).
Hadis
ini menggambarkan betapa besarnya perhatian Rasulullah terhadap anak
yatim. Kalau kita telusuri ajaran Islam, kita dapatkan aneka cara dalam
memperlakukan hak anak yatim.
Pertama,
berbuat baik kepada anak yatim merupakan akhlak Islam yang agung bahkan
dijadikan sebagai amalan paling utama dan paling suci. (QS al-Baqarah
[2]: 177). Sebelum Islam datang, anak yatim tak mendapatkan perhatian
apalagi santunan yang layak. Lalu, Islam memuliakannya dan melarang
untuk mengeksploitasinya. (QS al-An'am: 152-153, al-Isra: 34).
Memakan
harta anak yatim merupakan salah satu dosa besar dan penyebab masuk
neraka. Rasul SAW bersabda, "Jauhilah tujuh dosa besar, yakni
menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan kecuali dengan
hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan
menuduh zina wanita mukmin yang lalai." (HR Bukhari dan Muslim).
Kedua,
Alquran melarang penghinaan dan menyakiti anak yatim. (QS al-Fajr:
15-23, adh-Dhuha; 9, al-Ma'un: 1-3). Dan ketiga, Alquran memerintahkan
supaya kita memuliakan anak yatim dan balasannya adalah surga. (QS
al-Insan: 8-22).
Keempat,
Nabi telah menegaskan bahwa anak yatim dan wanita lemah adalah golongan
yang harus diperhatikan dan dipelihara. Abu Syureih al-Khuza'i
meriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Ya Allah, aku
merasa berat dengan hak dua kelompok lemah ini, yaitu hak anak yatim dan
hak perempuan." ( HR an-Nasai).
Kelima,
Islam menegaskan bahwa penyantun dan penjamin anak yatim akan menjadi
teman dekat Rasulullah di surga. "Aku dan penjamin anak yatim berada
dalam surga seperti telunjuk dan jari tengah. Rasul mengisyaratkan
dengan dua jari tengah dan menjarangkan jari-jari lainnya. ( HR Bukhari
dan Ahmad).
Keenam,
rumah terbaik adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang
dimuliakan, dan sejelek-jelek rumah adalah rumah yang ada anak yatim,
namun dihinakan. Dari sini, kita wajib menyantuni anak yatim dan
memperhatikan hak-hak mereka bukan saja aspek material tapi juga aspek
pendidikan, ekonomi, sosial, dan spiritual.
Oleh: Prof Dr KH Achmad Satori Ismail
(RoL/globalkhilafah.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar