Jika aku menjadi istrimu nanti,
Jika aku menjadi istrimu nanti,
Aku takkan protes jika harus tinggal jauh dari keramaian
Asalkan kau tak perlu menghabiskan waktumu
Hampir setengah hari di perjalanan untuk pergi bekerja
Aku yang akan selalu menyiapkan secangkir kopi untukmu
Melepasmu dengan pelukan hangat di pintu depan
Dan menanti kecupan manismu di keningku
Jika aku menjadi istrimu nanti,
Aku akan menantimu di rumah
Menyiapkan air hangat untukmu melepas penat
Menyeduh segelas teh hijau untukmu
Dan memijat bahumu jika kau ingin
Lalu kita akan bersama-sama beristirahat
Berbagi cerita sambil berpelukan
Menyatukan rindu yang tak sabar ingin beradu
Jika aku menjadi istrimu nanti,
Kau tak perlu selalu terbangun malam-malam
Hanya untuk membuatkan susu si bungsu
Karena aku akan lebih dulu melakukannya
Dan membiarkanmu lelap dalam mimpi
Jika aku menjadi istrimu nanti,
Aku tak akan menuntutmu macam-macam
Tak akan membandingkanmu dengan tetangga sebelah
Yang rumahnya tujuh lantai
Dan mobilnya sekelas ferrarri
Tapi jika aku menjadi istrimu nanti,
Kau harus bersiap-siap
Karena aku secerewet mak lampir
Segarang singa lapar
Super keras kepala dan egois
Beratus-ratus kali lipat dari yang kau tahu sekarang
Tapi yang terpenting,
Jika aku menjadi istrimu nanti,
Aku ingin kau menjagaku
Agar aku tetap menjadi aku
Seperti aku yang kau jatuhi cinta saat itu
Tak berubah , ingkar atau berpaling
Oleh berbagai macam laluan yang kita lewati
Jika aku menjadi istrimu,
Aku juga ingin kau tetap jadi dirimu
Dengan cintamu yang tak bersyarat
Tak berubah, ingkar atau berpaling
Walau dunia sudah jadi kian berbeda
Jika aku menjadi istrimu, nanti.
(~saujana~)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar