Sabtu, 07 Juli 2012

ஜ۞ஜ 15, HAKEKAT SHALAT ஜ۞ஜ (MAHLIGAI RUMAH TANGGA)

ஜ۞ஜ 15, HAKEKAT SHALAT ஜ۞ஜ
(MAHLIGAI RUMAH TANGGA)
“Ayah, kemarin engkau menjelaskan padaku bahwa kewajiban suami antara lain mengajari istrinya untuk mengerjakan shalat dengan benar. Shalat itu adalah sebagai bukti penghambaan manusia pada Tuhan. Coba ayah jelaskan lebih rinci tentang hal tersebut?” Pinta Ling Ling pada Gus Erfan.

“Ketahuilah anakku, satu-satunya ibadah yang tak boleh diwakilkan adalah shalat. Karena shalat mengandung banyak manfaat bagi manusia.” Kata Gus Erfan.

“Manfaat –manfaat shalat tersebut antara lain apa, ayah?” Tanya Ling Ling.

“Pertama, shalat adalah pembeda antara muslim dan kafir.”

“Kedua, shalat dapat mencegah perbuatan keji dan kemungkaran. Perbuatan keji adalah pebuatan yang tidak menyenangkan, baik menurut ukuran manusia maupun menurut agama. Sedangkan perbuatan munkar adalah perbutan yang menentang syariat Allah SWT.

“Ketiga, Shalat adalah kifarat atau tebusan antara dua shalat. Jika karena kealpaanmu yang membuatmu terjerumus atau melakukan perbuatan dosa, maka ketika kamu shalat dosa-dosanya diampuni olehNya.”

“Keempat, shalat adalah mengajarkan manusia untuk hidup di dunia ini dengan baik dan benar, sehingga selamat sampai tujuan, yaitu mencapai kemulyaan dunia sampai akherat.”

Dalam mendengarkan nasehat ayahnya itu, Ling Ling merasa betapa ibadah shalat adalah amat penting, bahkan kewajiban itu tidak hanya harus dilakukan oleh seorang lelaki, melainkan fardlu ain pula untuk perempuan. Sehingga dia menyadari bahwa suami mempunyai kewajiban untuk mengajari, mengontrol, dan mengingatkan istrinya agar tidak lalai dalam sembahyang.

Gus Erfan pun meneruskan wejangannya, karena ia mengharapkan agar anaknya dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

“Anakku, ketahuilah, pada saat Takbiratul Ikhram dalam shalat, seseorang mengucap Allahu Akbar, artinya Allah Maha Besar. Halitu merupakan sebuah pengakuan hamba dihadapan Allah bahwa selainNya adalah kecil, yang Maha Besar hanya Allah SWT. Godaan apapun dari gebyar dan manisnya dunia ini adalah tiada berharga. Dunia dan isinya ada di belakang kita, dan dihadapan kita hanyalah Allah Yang Maha Besar. Takbiratul Ikhram mengajarkan pada kita bahwa yang menjadi tujuan hidup dan ukuran kesuksesan dalam kehidupan ini hanyalah Allah swt.”

“Saat i’tidal itu, kita berdiri tegak. Hal demikian menunjukkan eksistensinya sebagai manusia yang harus senantiasa siap dalam mengemban tugas kekhalifan di muka bumi ini.”

“Pandangannya lurus ke depan dengan kepala menunduk melihat arah tempat sujud. Hal itu mengisyaratkan bahwa di hadapan Allah, manusia adalah kecil. Ketika menghadapNya tidak boleh berkacak pinggang dan dilarang membusungkan dada penuh kesombongan.”

“Ketika dihadapanNya manusia harus merasa takut dan tawadlu’ dan kepalanya menunduk, pandangan satu arah yaitu satu titik yang menjadi tujuannya bersujud. Hal ini menandakan dalam aktifitas kekhalifahannya, baik dalam hal politik, ekonomi, budaya dan lain-lain adalah menuju satu titik pula, yaitu penghambaan dirinya pada Allah swt.”

“Sikap sedekap saat i’tidal menandakan bahwa hidup di hadapan Allah yang Maha Besar hendaknya selalu berkhidmad. Tangan tak memiliki kuasa untuk melakukan segala tindakan, kecuali bila Allah mengijinkannya.”

“Rukuk adalah simbul sikap kepatuhan manusia kepada Allah, oleh sebab itu do’a yang dibaca adalah mensucikanNya dan mengakui bahwa Allah adalah Maha Tinggi. Apapun kepentingan manusia tak lebih penting dan tak lebih tinggi dari kudrat iradat Allah swt,”

“Sujud adalah simbul sekaligus pelajaran bahwa inti segala prosesi ibadah atau penghambaan manusia adalah patuh dan bersimpuh pada kemauan Allah swt.”

“Duduk antara dua sujud menggambarkan bahwa ketika manusia menemui maqamnya atau mencapai derajat dan kedudukan dalam kehidupannya, maka harus sentiasa diapit oleh sikap sujud yaitu karena, oleh dan untuk Allah semata.”

“Sedangkan tasyahud akhir menandakan bahwa ketika manusia sudah pada puncak penghambaan/ ketauhidannya kepada Allah swt. hendaknya menjadi penebar salam/ kedamaian kepada manusia lain dan seluruh isi semesta, maka doa yang dibaca adalah do’a salam (keselamatan).” .

Kemudian, Ling Ling menoleh ke arah istrinya. Melihat gelagat suaminya itu, pandangn Iffah berkaca-kaca sambil perlahan menundukkan kepala. dan ia pun mengambil secarik kertas, menulis sebuah puisi:

Kini aku sudah berkeluarga

Punya tugas yang mulia

Menjaga istri tercinta

Sungguh kelamnya masa lalu

Kan kujadikan energi sujudku

Dan mencari kedamaian kalbu

Tiada lagi hura-hura

Tiada lagi solah durjana

Tiada lagi mengobral cinta

Kini aku sudah dewasa

Berkendara waktu kian senja

Saatnya menabung bekal pahala

Karena hidup adalah sementara

Semua kan dimintai tanggungjawabnya

Saat menghadap yang kuasa.

” Wallahu a’lam والله أعلم

(♥ Subhanallah || Semoga Bermanfaat & Silahkan Di Share ♥)

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar