ஜ۞ஜ 15, HAKEKAT SHALAT ஜ۞ஜ (MAHLIGAI RUMAH TANGGA)
ஜ۞ஜ 15, HAKEKAT SHALAT ஜ۞ஜ
(MAHLIGAI RUMAH TANGGA)
“Ayah, kemarin engkau menjelaskan padaku bahwa kewajiban suami antara
lain mengajari istrinya untuk mengerjakan shalat dengan benar. Shalat
itu adalah sebagai bukti penghambaan manusia pada Tuhan. Coba ayah
jelaskan lebih rinci tentang hal tersebut?” Pinta Ling Ling pada Gus
Erfan.
“Ketahuilah anakku, satu-satunya ibadah yang tak boleh
diwakilkan adalah shalat. Karena shalat mengandung banyak manfaat bagi
manusia.” Kata Gus Erfan.
“Manfaat –manfaat shalat tersebut antara lain apa, ayah?” Tanya Ling Ling.
“Pertama, shalat adalah pembeda antara muslim dan kafir.”
“Kedua, shalat dapat mencegah perbuatan keji dan kemungkaran. Perbuatan
keji adalah pebuatan yang tidak menyenangkan, baik menurut ukuran
manusia maupun menurut agama. Sedangkan perbuatan munkar adalah perbutan
yang menentang syariat Allah SWT.
“Ketiga, Shalat adalah
kifarat atau tebusan antara dua shalat. Jika karena kealpaanmu yang
membuatmu terjerumus atau melakukan perbuatan dosa, maka ketika kamu
shalat dosa-dosanya diampuni olehNya.”
“Keempat, shalat adalah
mengajarkan manusia untuk hidup di dunia ini dengan baik dan benar,
sehingga selamat sampai tujuan, yaitu mencapai kemulyaan dunia sampai
akherat.”
Dalam mendengarkan nasehat ayahnya itu, Ling Ling
merasa betapa ibadah shalat adalah amat penting, bahkan kewajiban itu
tidak hanya harus dilakukan oleh seorang lelaki, melainkan fardlu ain
pula untuk perempuan. Sehingga dia menyadari bahwa suami mempunyai
kewajiban untuk mengajari, mengontrol, dan mengingatkan istrinya agar
tidak lalai dalam sembahyang.
Gus Erfan pun meneruskan wejangannya, karena ia mengharapkan agar anaknya dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
“Anakku, ketahuilah, pada saat Takbiratul Ikhram dalam shalat,
seseorang mengucap Allahu Akbar, artinya Allah Maha Besar. Halitu
merupakan sebuah pengakuan hamba dihadapan Allah bahwa selainNya adalah
kecil, yang Maha Besar hanya Allah SWT. Godaan apapun dari gebyar dan
manisnya dunia ini adalah tiada berharga. Dunia dan isinya ada di
belakang kita, dan dihadapan kita hanyalah Allah Yang Maha Besar.
Takbiratul Ikhram mengajarkan pada kita bahwa yang menjadi tujuan hidup
dan ukuran kesuksesan dalam kehidupan ini hanyalah Allah swt.”
“Saat i’tidal itu, kita berdiri tegak. Hal demikian menunjukkan
eksistensinya sebagai manusia yang harus senantiasa siap dalam mengemban
tugas kekhalifan di muka bumi ini.”
“Pandangannya lurus ke
depan dengan kepala menunduk melihat arah tempat sujud. Hal itu
mengisyaratkan bahwa di hadapan Allah, manusia adalah kecil. Ketika
menghadapNya tidak boleh berkacak pinggang dan dilarang membusungkan
dada penuh kesombongan.”
“Ketika dihadapanNya manusia harus
merasa takut dan tawadlu’ dan kepalanya menunduk, pandangan satu arah
yaitu satu titik yang menjadi tujuannya bersujud. Hal ini menandakan
dalam aktifitas kekhalifahannya, baik dalam hal politik, ekonomi, budaya
dan lain-lain adalah menuju satu titik pula, yaitu penghambaan dirinya
pada Allah swt.”
“Sikap sedekap saat i’tidal menandakan bahwa
hidup di hadapan Allah yang Maha Besar hendaknya selalu berkhidmad.
Tangan tak memiliki kuasa untuk melakukan segala tindakan, kecuali bila
Allah mengijinkannya.”
“Rukuk adalah simbul sikap kepatuhan
manusia kepada Allah, oleh sebab itu do’a yang dibaca adalah
mensucikanNya dan mengakui bahwa Allah adalah Maha Tinggi. Apapun
kepentingan manusia tak lebih penting dan tak lebih tinggi dari kudrat
iradat Allah swt,”
“Sujud adalah simbul sekaligus pelajaran
bahwa inti segala prosesi ibadah atau penghambaan manusia adalah patuh
dan bersimpuh pada kemauan Allah swt.”
“Duduk antara dua sujud
menggambarkan bahwa ketika manusia menemui maqamnya atau mencapai
derajat dan kedudukan dalam kehidupannya, maka harus sentiasa diapit
oleh sikap sujud yaitu karena, oleh dan untuk Allah semata.”
“Sedangkan tasyahud akhir menandakan bahwa ketika manusia sudah pada
puncak penghambaan/ ketauhidannya kepada Allah swt. hendaknya menjadi
penebar salam/ kedamaian kepada manusia lain dan seluruh isi semesta,
maka doa yang dibaca adalah do’a salam (keselamatan).” .
Kemudian, Ling Ling menoleh ke arah istrinya. Melihat gelagat suaminya
itu, pandangn Iffah berkaca-kaca sambil perlahan menundukkan kepala. dan
ia pun mengambil secarik kertas, menulis sebuah puisi:
Kini aku sudah berkeluarga
Punya tugas yang mulia
Menjaga istri tercinta
Sungguh kelamnya masa lalu
Kan kujadikan energi sujudku
Dan mencari kedamaian kalbu
Tiada lagi hura-hura
Tiada lagi solah durjana
Tiada lagi mengobral cinta
Kini aku sudah dewasa
Berkendara waktu kian senja
Saatnya menabung bekal pahala
Karena hidup adalah sementara
Semua kan dimintai tanggungjawabnya
Saat menghadap yang kuasa.
” Wallahu a’lam والله أعلم
(♥ Subhanallah || Semoga Bermanfaat & Silahkan Di Share ♥)
#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar