Ilustrasi dari Inet
Suatu
hari, al haq dan al hathil berjalan beriringan menuju sebuah tempat. Di tengah
perjalanan, terjadi dialog di antara keduanya.
Al bathil berkata, “Kepalaku lebih
tinggi darimu.”
Al haq menjawab, “Tapi kaki
pijakanku lebih kuat darimu.”
Al bathil berucap, “Aku lebih kuat
darimu.”
Al haq menimpali, “Tapi aku lebih
kekal darimu.”
“Bersamaku orang-orang yang kuat dan
terhormat,” kata al bathil melanjutkan ucapannya.
Al haq menyitir ayat, “Dan demikianlah
Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembangkang-pembangkang yang terbesar agar
mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tiada memperdaya
melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” (6: 123).
Al bathil menutup dialognya, “Aku
sanggup membunuhmu sekarang juga.”
Namun al haq dengan senyum optimis
menjawab, “Tapi anak-anak keturunanku, suatu saat pasti akan membunuhmu.”
(hakadza ‘allamatni al hayat, DR.
Mustafa Siba’i rahimahullah).
Saudaraku…
Pertentangan dan permusuhan antara
kebenaran dan kebathilan dimulai sejak diciptakannya nenek moyang manusia,
yaitu Adam a.s dan Iblis laknatullah.
Di setiap zaman dan tempat, al haq
dan al bathil selalu memiliki pengikut yang tak sedikit. Pengikut al haq tidak
pernah sepi walau pun berada di sebuah daerah yang mayoritas mendukung
kebathilan. Sebagaimana pengikut kebathilan akan terus tumbuh di tempat yang
dihuni oleh para pejuang kebenaran. Dan hatta di negeri yang disucikan
sekalipun.
Seorang salafus shalih pernah
berkata, “Innal ardha laa tuqaddisu ahlaha” sesungguhnya bumi itu tidak
mensucikan penduduknya. Orang yang berdomisili di Mekkah belum tentu telah
melaksanakan haji. Dan mereka yang menetap di Eropa, tidak seluruhnya buta huruf
al Qur’an.
Dan pergolakan al haq dan al bathil
itu terus berlangsung hingga berakhirnya kehidupan di dunia. Namun sejarah
telah mencatat, bahwa pembela kebenaran dan pendukung kebathilan memiliki
penutup layar kehidupan yang berbeda.
Kisah para pengibar panji kebenaran
selalu ditutup dengan cerita yang manis “happy ending”. Tapi alur kisah para
pemboikot dan pembangkang serta musuh kebenaran selalu berakhir memilukan.
Saudaraku…
Masih basah dalam ingatan kita,
kisah Qarun si kufur nikmat. Yang dengan kekayaannya ia memasang badannya
menghalang-halangi lajunya al haq. Maka akhirnya Allah s.w.t tenggelamkan ia
dengan seluruh harta kekayaannya ke dalam bumi.
Fir’aun yang menentang al haq dengan
fasilitas kekuasaannya, Dia tenggelamkan ia dan bala tentaranya ke dasar laut
merah.
Mustafa Kamal At Taturk, menjadi
contoh nyata dari akhir kehidupan pemadam cahaya Allah di Turki. Yang telah
merubah azan dan shalat dengan bahasa Turki. Melarang hijab bagi wanita
muslimah dan seterusnya. Ia didera penyakit yang mengenaskan sebelum ia menemui
ajalnya untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatannya.
Saudaraku…
Selanjutnya terserah kita. Menjadi
panah-panah al haq, atau menjadi tombak-tombaknya kebatilan. Hidup adalah
pilihan. Jangan sampai kita salah dalam memilih jalan hidup kita.
Di zaman ini, fasilitas dan sarana
cukup beragam untuk membuktikan di posisi mana kita berada. Apakah di belakang
al haq atau di samping al bathil. Melalui jejaring sosial facebook kita pun
bisa merangkai kalimat al haq dan menyebarkannya untuk umat. Atau sebaliknya,
berapa banyak orang yang mempergunakan jejaring ini untuk kebathilan dan
menyebarkannya. Wallahu a’lam bishawab.
Sumber:Status
Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar